Biji labu telah memiliki sejarah panjang sejak ribuatn tahun lamanya. Biji labu sudah dikonsumsi dan dimanfaatkan nutrisinya, diketahui mulai dari Dataran Tinggi Oaxaca di Meksiko, sejak 7.500 tahun yang lalu. Di banyak budaya, biji labu juga digunakan sebagai obat tradisonal yang mengobati berbagai macam penyakit.
Biji labu kaya akan vitamin dan mineral seperti mangan, tembaga, magnesium, serta vitamin seperti vitamin E dan vitamin K. Biji labu juga mengandung zink, mineral penting yang membantu sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi mikroorganisme.
Kandungan Nutrisi Biji Labu
Dalam setiap seperempat cangkir biji labu kering, mengandung nutrisi di antaranya:
- 180 kalori
- 10 gram protein
- 16 gram lemak
- 3 gram karbohidrat
- 2 gram serat
Manfaat Biji Labu Bagi Kesehatan Tubuh
Baik Bagi Kesehatan Tulang
Biji labu tinggi kandungan magnesium yang memiliki beragam fungsi dan peran bagi tubuh. Bersama dengan kalium dan kalsium, magnesium di dalam biji labu akan membantu meningkatkan kesehatan tulang dan turut berperan dalam memproduksi kolagen.
Membantu Melindungi dari Diabetes Tipe 2
Kandungan nutrisi dalam biji labu seperti magnesium dan seng dapat membantu melindungi dari diabetes tipe 2. Magnesium dan seng mengurangi dan mempertahankan kadar gula darah yang lebih rendah, sehingga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes tipe 2 sekalipun.
Membantu Melindungi Jantung
Penelitian telah menunjukkan bahwa risiko penyakit jantung koroner berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi asupan biji labu. Antioksidan dalam biji labu seperti vitamin E dan karotenoid dapat mengurangi kerusakan radikal bebas yang bisa menghambat terbentuknya suatu penyakit, terutama penyakit jantung. Lemak tak jenuh bisa menjadi pengganti lemak jenuh dalam diet, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Membantu Memperlancar Pencernaan dan Menurunkan Berat Badan
Kandungan serat di dalamnya juga baik untuk membantu melancarkan pencernaan serta menurunkan berat badan, karena setelah memakan biji labu, Anda akan merasa kenyang lebih lama.
Mencegah Insomnia
Biji labu kaya kandungan asam amino yang disebut triptofan. Jenis asam amino ini telah digunakan untuk mengobati insomnia kronis karena tubuh mengubahnya menjadi serotonin, hormon yang memberikan rasa rileks dan perasaan bahagia, serta melatonin, hormon yang membantu untuk tidur lebih baik.
Dalam penelitian yang diterbitkan pada tahun 2005, di Nutritional Neuroscience, disebutkan bahwa mengonsumsi biji labu sebanding dengan tingkat triptofan farmasi untuk pengobatan insomnia. Jadi apabila Anda memiliki kesulitan tidur, Anda bisa mengonsumsi beberapa biji labu sebelum tidur dengan sedikit karbohidrat untuk membantu tubuh memproduksi melatonin.
Baik Bagi Kesehatan Prostat dan Saluran Kemih
Biji labu memiliki secara tradisional digunakan sebagai afrodisiak yang menurut para peneliti memberikan efek yang menguntungkan pada kondisi kesehatan seksual. Dalam penelitian lain yang diterbitkan pada tahun 2009, seperti dilansir Medical News Today juga dikatakan bahwa minyak biji labu efektif sebagai pengobatan untuk hiperplasia prostat jinak (BPH). Pada tahun 2014, para ilmuwan menemukan bukti bahwa minyak biji labu dapat membantu mengobati gangguan kemih pada pria dan wanita, yang dikaitkan dengan pengurangan gejala kandung kemih yang terlalu aktif.
Bagaimana Cara Mengonsumsi Biji Labu yang Direkomendasikan untuk Kesehatan?
- Biji labu dapat dicampurkan dalam campuran minuman smoothies
- Biji labu kering dapat dicampur dengan sereal, granola atau yogurt
- Biji labu kering dapat ditaburkan di atas salad, sup, pasta, atau menu ayam
- Biji labu dapat dicampurkan dalam adonan kue atau roti
- Biji labu dapat dipanggang dan dijadikan camilan yang sehat
Bagaimana, tertarik memetik manfaat kesehatannya? Anda dapat membeli biji labu di supermarket atau mengambilnya langsung dari buah labu dan kemudian mengolahnya sendiri. Perlu diingat bahwa biji labu tinggi kandungan kalorinya, sehingga Anda tetap perlu membatasi porsinya agar tidak berlebihan.
Mau tahu tips diet, informasi mengenai makanan dan kesehatan lainnya, cek di sini ya!
- dr Hanifa Rahma